Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâh wa barakâtuh.

Bismillâh. Ku mulakan bingkisanku ini dengan menyebut asmâ’ Allah Yang Rahmân lagi Rahîm. Dan sebaik-baik pujian hanya bagi Allah ‘Azza wa Jalla. Seindah shalawat dan salam mahabbah teruntuk Rasulullah Saw., begitu jua bagi keluarganya, para sahabatnya, serta muslimin-muslimah seluruhnya hingga tiba akhir dunia.

Saudaraku, ingatkah engkau akan kisah Nabi Yunus a.s. tatkala berada dalam keadaan yang sangat gelap? Dapatkah kita membayangkan, bagaimana keadaan seseorang yang berada dalam keadaan yang sangat gelap, yakni berada dalam perut ikan, di dasar lautan yang hitam, dan di saat malam yang kelam?

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nûn (Yunus a.s.), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangkan bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap….” (QS. Al-Anbiyâ’ [21]: 87)

Agak sukar untuk memahaminya tanpa memberikan suatu perumpamaan. Kini, cobalah bayangkan, jika ada seseorang mengurungmu dalam almari yang terkunci, almari itu berada dalam kamar yang terkunci, dan kamar itu pun berada dalam rumah yang terkunci, lalu orang yang mengurungmu itu pergi meninggalkanmu seorang diri dalam keadaan yang gelap dan mencekam. Apa yang kau rasakan? Masihkah engkau dapat bertahan? Aku rasa tidak. Tak perlu waktu berjam-jam, bahkan hanya dalam hitungan beberapa menit, engkau pun akan jatuh terkulai. Mengapa? Karena engkau melupakan tawakal.

Kalau demikian kenyataannya, mengapa Nabi Yunus a.s. dapat bertahan, padahal beliau berada dalam perut ikan, di dasar lautan dan di saat malam, bukan di almari seperti halnya dirimu? Mengapa? Di dalam almari, mungkin kita masih bisa menggedor-gedor. Tetapi, apa yang bisa kita lakukan dalam perut ikan? Tidak ada. Dalam keadaan tak berdaya itulah, Nabi Yunus a.s. segera menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla, karena hanya Dia-lah yang mampu menolongnya keluar dari masalah yang menimpanya. Dalam perut ikan itu, Nabi Yunus a.s. menyeru:

“…‘Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.’ Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiyâ’ [21]: 87-88)

Allâhu Akbar! Bertawakallah pada Allah, hai saudaraku! Tanamkan dalam hatimu, “Selama aku bertawakal kepada Allah, maka tidak akan ada yang bisa mencelakakan diriku, kecuali apa yang Allah tetapkan akan mengenaiku. Maka aku menyandarkan diri pada-Nya, menyerahkan segala urusanku pada pengaturan-Nya, karena kebaikan dan keburukan tidak akan terjadi tanpa izin-Nya, sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Pemelihara.”

Subhânallâh. Ungkapan seperti apakah ini, wahai saudaraku? Mencapai keyakinan seperti ini memang tidaklah mudah, dan kita memang tidak dituntut untuk mencapainya. Yang dituntut dari kita adalah mencoba untuk bertawakal dan mendekati keyakinan itu. Maka, mari bersama kita belajar tawakal kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Semoga bermanfaat. Âmîn.

Hadânallâh wa iyyâkum ajma‘în.

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâh wa barakâtuh.

By: Ibadurrahman Al-Khalily
Diposting oleh Elang Abd...

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates